Rabu, 03 Desember 2008

Saya Takut Kehilangan Kata


Wawancara dengan Pengarang Sastra Bali Modern, I Made Suarsa

DUA kali I Made Suarsa mendapatkan penghargaan sastra Rancage. Pertama tahun 2004 untuk kumpulan puisinya, Ang Ah lan Ah Ang. Kedua, tahun 2006 dengan buku kumpulan puisinya, Gede Ombak Gede Angin.
Suarsa yang sehari-hari sebagai dosen di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Udayana ini memang sudah memiliki kecintaan terhadap dunia sastra khususnya dengan medium berbahasa Bali sejak kecil. Terlebih lagi, sang ayah, I Made Sanggra, merupakan seorang pengawi sastra Bali modern yang sudah termahsyur. Seperti apa sesungguhnya sosok seorang Suarsa? Berikut ini petikan perbincangannya.

------------------------------------------------------
Anda dua kali memperohel hadiah Rancage. Apa makna penghargaan ini bagi Anda?
Ya, sebelumnya saya tidak pernah berpikir untuk mendapatkan hadiah ini. Ketika buku saya terbit, saya serahkan saja kepada Darma Putra (Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., koordinator seleksi hadiah Rancage untuk Bali). Bukan ingin karya saya dinilai, tetapi hanya ingin dicatat bahwa karya saya pernah ada.
Latar belakang pendidikan Anda kan sastra Indonesia. Mengapa Anda berkarya di jalur sastra Bali modern?
Sesungguhnya, saya cuma ingin ikut menggairahkan kehidupan sastra Bali modern. Karena saya melihat sastra Bali modern masih kurang. Bila di sastra Indonesia modern, saya melihat sudah banyak yang menulis. Itu yang pertama. Yang kedua, ada pengaruh yang sangat kuat dari ayah saya sendiri.
Anda pernah menulis sastra Indonesia modern?
Pernah, tetapi saya merasakan masih klah jauh dibandingkan karya teman-teman yang lain. Terus terang saja, saya memang agak kesulitan menuliskan ide-ide saya dalam bahasa Indonesia. Ini barangkali karena sejak kecil saya besar di lingkungan geria yang sangat kental dengan kehidupan sastra Bali klasik. Hampir tiap hari saya mendengar orang makekawin. Ini senantiasa berbekas dalam benak saya lalu memberikan keindahan tersendiri.
Oh ya, Anda sebelumnya juga banyak menulis sastra Bali klasik seperti geguritan. Apa perbedaannya menulis sastra Bali modern dan sastra Bali klasik?
Sama-sama menyenangkan. Saya merasakan kesenangan atau kenikmatan tersendiri kalau mencipta geguritan. Sastra Bali modern juga begitu. Hanya memang atmosfirnya berbeda.
Bisa diceritakan proses kreatif Anda?
Saya terbiasa melahirkan rata-rata sehari itu sebuah puisi Bali modern. Bahkan bisa dua atau tiga. Ini karena terlalu banyak fenomena yang saya tangkap di sekitar saya pada setiap hari. Biasanya, sore hari setelah istirahat, saya nongkrong di perpustakaan pribadi saya. Di sana ada buku, ada lontar, ada mesin ketik. Di sanalah saya melayani gelisah kreatif saya. Paginya pun sebelum ke kantor dapat saya nongkrong di perpustakaan barang 30 menit sampai satu jam. Di kantor pun saya bisa menulis puisi, umumnya menghaluskan puisi-puisi yang saya tulis sebelumnya. Saya biasanya langsung menuliskan bila ada sinyal yang mampir ke benak saya. Saya pernah lari dari kamar mandi karena menemukan sebuah kata yang saya anggap bagus. Saya takut sekali kata itu hilang.
Satu hari satu puisi itu menjadi target pribadi Anda?
Bukan. Kadang-kadang kalau sedang blank, saya bisa tak mendapatkan apa-apa. Itu kan sangat tergantung kepada atmosfir. Tapi, rata-rata saya memang bisa menulis sebuah puisi Bali modern.
Dalam berkarya Anda sering berkonsultasi dengan ayah Anda?
Oh, sering. Begitu puisi-puisi saya selesai, saya sodori bapak. Bahkan pernah pilihan-pilihan kata saya dicoret oleh beliau. Coretan itu bukan berarti perintah untuk menghapus, tetapi sebuah pertimbangan. Hanya memang saya lebih sering menuruti, karena saya anggap bahsa bpak saya lebih bagus, lebih halus.
Anda menglami kesulitan dalam berkarya?
Suatu waktu, seorang pengarang atau penulis pasti akan mengalami kesulitan. Dalam pemilihan diksi misalnya. Saya sendiri selalu berdampingan dengan kamus. Makanya tidak ada kata-kata dalam puisi saya yang tidak baku. Misalnya, menukis sesate apakah harus ditulis sasate atau sesate, saya harus cek ke kamus. Bhatara itu pakai “h” atau tidak, ternyata tidak. Tanpa bermaksud mengecilkan, karya sastra Bali modern saat ini banyak mengabaikan masalah ini. Penulisan kata-kata dalam bahasa Bali sering ngawag, tidak berpijak kepada kamus.
Sekarang soal nasib sastra Bali modern. Banyak orang resah dan galau mengenai nasib sastra Bali modern. Sebetulnya seberapa parah kondisi sastra Bali modern kita saat ini?
Orang resah dengan nasib sastra Bali modern kan karena ada perbandingan. Dibandingkan dengan sastra Indonesia modern atau dibandingkan dengan sastra Jawa dan Sastra Sunda modern, sastra Bali modern itu masih jauh. Malah, dibandingkan dengan sastra Bali klasik saja, sastra Bali modern masih klah jauh. Coba Anda lihat, buku-buku sastra Bali klasik seperti geguritan yang terbit itu cukup banyak, lebih banyak dari sastra Bali modern. Ya, ini wajar-wajar saja. Di Bali orang memang lebih bisa memahami sastra Bali klasik. Lantaran itulah basic kita. Basic kita manyi, arja, gambuh, prembon. Semua itu kan identik dengan sinom, identik dengan dangdang, identik dengan pangkur, identik dengan ginada. Karena itu, sastra Bali klasik lebih banyak punya pasar, lebih banyak punya pengapresiasi di Bali dibandingkan sastra Bali modern. Namun harus diakui, belakangan memang sudah semakin membaik. Tahun 2003 misalnya hanya terbit delapan buah buku sastra Bali modern, sedangkan tahun 2004 meningkat menjadi 14 buah karya.
Sastra Bali modern cenderung berkembang sebagai sesuatu yang marginal. Kenapa seperti itu?
Memang seperti itu. Sastra daerah modern, di mana-mana memang seperti itu. Dalam konteks pembicaraan umum pun, sastra selalu termarginalkan. Sekarang memang sudah lebih baik. Dengan adanya hadiah Rancage, munculnya media-media yang memuat karya-karya sastra Bali modern seperti Buratwangi, Canang Sari termasuk Bali Post yang terkadang juga memuat puisi-puisi dan cerpen Bali modern, kendati masih terbatas. Kita memang tidak mengharapkan sastra Bali modern begitu terus. Pemerintah mesti berperanan untuk membantu pertumbuhannya. Terlebih lagi sudah ada Peraturan Daerah (Perda) mengenai perlindungan aksara dan bahasa Bali termasuk di dalamnya sastra Bali modern. Perda itu tidak akan ada artinya jika tidak dibarengi dengan action, khususnya masalah dana. Balai Bahasa selaku lembaga pembina bahasa misalnya mesti membagi perhatiannya kepada sastra Bali modern selain sastra Indonesia modern.
Terkait masa depan sastra Bali modern ini, peran Fakultas Sastra selalu menjadi perhatian. Sebagai orang Fakultas Sastra bagaimana Anda memandang hal ini?
Memang, Fakultas Sastra khususnya Jurusan Sastra Bali mesti berperanan. Karena itulah, Fakultas Sastra berketetapan hati tidak akan menutup Jurusan Sastra Daerah meskipun peminatnya sedikit. Meskipun tidak ada mahasiswa, jurusan ini mesti jalan terus. Syukur saat ini jumlah peminat Jurusan Sastra Daerah sudah kian meningkat. (*)

Biodata
Nama Lengkap : Drs. I Made Suarsa, M.S.
Tempat, Tanggal Lahir : 15 Mei 1954
Istri : Ni Luh Gede Siti Aryani, S.H.
Anak : Putu Eka Rajasa
Made Adi Kartika Yasa
Pekerjaan : Dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana
(Pembantu Dekan II Fakultas Sastra Unud)
Buku-buku yang telah terbit : 1. Amanat Geguritan Purwa Sangara (1985)
2. Orang-orang di Sekitar Pak Rai (1995)
3. Prastanika Parwa lan Swargarohana Parwa (1999)
4. Oka Susharma : Pendidik Pejuan, Pejuang Pendidik (Sebuah Biografi) (2001)
5. Geguritan Sastrodayana Tatwa : Sejarah Fakultas Sastra Universitas Udayana (2002)
6. Geguritan Udayanotama Tatwa : Parindikan Universitas Udayana (2002)
7. Geguritan Dalem Segara Petasikan Purana : Pariindikan Pura Dalem Segara Petasikan (2002)
8. Geguritan Sakuntala : Lelangit Para Pandawa lan Korawa (2002)
9. Ang Ah lan Ah Ang (Pupulan Puisi Bali Anyar) (2004)
10. Gede Ombak Gede Angin (Pupulan Satua Cutet, 2006)
11. Kunang-kunang Anarung Sasi (Pupulan Puisi Bali Anyar, 2007)


1 komentar:

AdheManten mengatakan...

Om Swastyastu pak Made...tyg jagi metaken indik nomor HP bapak, santukan tyg ngaryanin skripsi ngambil indik cerpen SUJEN BETEL.....niki no tyg santukan tyg jarang internetan...081916733465.
sukseme.....